KAJIAN TEORI
PROSES BELAJAR MENGAJAR
1. Proses
Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang
edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Guru
perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya
dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa,
sedangkan guru harus menciptakan suasana belajar yang mendorong motivasi,
minat, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau
sepanjang hayat. Untuk itu dikembangkanlah pengalaman belajar (standar proses).
Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan siswa
dalam proses pembentukan kompetensi, dengan berinteraksi aktif dengan sumber
belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi
(Mulyasa 2006). Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
oleh siswa.
Pengalaman adalah guru yang paling baik merupakan suatu
ungkapan yang sering diungkapkan dalam dunia pendidikan. Melalui pengalaman
nyatalah seseorang belajar. Nilai pengalaman akan diperbesar bila seseorang
juga telah mengalami kenyataan secara langsung sehingga siswa mempunyai dasar
pengalaman untuk perbandingan (Rustaman et al. 2003).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan (Slameto 2003). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal (Gulo
2002).

|
Sadiman et al. (2007) menjelaskan bahwa proses
belajar mengajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung
mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung. Belajar tak langsung
artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang
lain. Semakin langsung objek yang dipelajari semakin konkret pengetahuan yang
diperoleh siswa dan semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka
semakin abstrak pengetahuan siswa. Edgar Dale dalam Sadiman et al.
(2007) mengemukakan 11 jenis pengalaman manusia yang dilukiskan dalam bentuk
kerucut yang disebut kerucut pengalaman. Dasar pengembangan kerucut di bawah
ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan dan jumlah jenis indera yang turut serta
selama penerimaan isi pengajaran atau pesan.
Gambar. Kerucut pengalaman Edgar Dale

![]() |
|
Hamalik (2008)
menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar tidak
dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, karena bila tujuan
belajar berbeda maka dengan sendirinya
cara belajar juga harus berbeda. Maka, belajar yang efektif dipengaruhi oleh
faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
adalah:
a. Faktor
kegiatan, penggunaan, ulangan
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan, seperti
melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motorik, dan
kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,
kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis
dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga
penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
b. Belajar
memerlukan latihan
Latihan
tersebut meliputi: relearning, recalling, dan reviewing
agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum
dikuasai akan lebih mudah dipahami.
c. Belajar
siswa lebih berhasil
Belajar akan
lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya, dan hendaknya
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
d. Siswa
yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
Dengan
mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar, akan menimbulkan perasaan
dimana bagi yang berhasil merasa puas dan mendorong belajar lebih baik,
sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
e. Faktor
asosiasi
Faktor ini
sangat besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru,
secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
f.
|
|
Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan
pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa
|
Pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perannya
dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk
menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
g. Faktor
kesiapan belajar
Murid yang
telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih
berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan,
minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
h. Faktor
minat dan usaha
Belajar
dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa
minat. Minat ini akan timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai
dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan
bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka
belajar juga sulit untuk berhasil.
i. Faktor-faktor
fisiologis
Kondisi
badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang
lemah, lelah akan menyebabkan perhatian siswa tidak optimal dalam melakukan
kegiatan belajar. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau
tidaknya murid yang belajar.
j. Faktor
intelegensi
Siswa yang
cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah
menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang
cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan.
Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas.
Briggs (1992) dalam Sugandi & Haryanto (2004)
menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Tujuan pembelajaran merupakan
deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang
menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlack dan Ely 1980 dalam Anni et
al. 2006).
![]() |
|
Dari penjelasan di atas dapat di lihat ciri-ciri dari
pembelajaran (Darsono et al. 2001) antara lain sebagai berikut;
a. Dilakukan
secara sadar dan direncanakan secara sistematis
b. Menumbuhkan
perhatian dan motivasi siswa dalam belajar
c. Menyediakan
belajar yang menarik dan memancing siswa
d. Menggunakan
alat bantu yang tepat dan menarik
e. Menciptakan
suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa
f. Membuat
siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik dan psikologi.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang demikian, maka perlu
diperhatikan beberapa komponen pembelajaran yaitu:
a. Tujuan
b. Subyek
belajar
c. Materi
pelajaran
e. Media
pembelajaran
f. Komponen
penunjang proses pembelajaran.
Komponen pembelajaran tersebut sangat penting untuk
perumusan tujuan di dalam pembelajaran karena adanya beberapa alasan (Anni et
al. 2006) sebagai berikut;
a.
Memberikan arah kegiatan pembelajaran,
b.
Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya
pemberian pembelajaran pembinaan bagi pembelajar,
c.
Sebagai bahan komunikasi.
Zhang
(2002) menyatakan beberapa prinsip agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif, yaitu:
a.
Interest and explanation
b.
Concern
and respect for students and their learning
c.
Appropriate assessment and feedback
d.
Clear goals and intellectual challenge
e.
Independence,
control and active engagement, and
f.
Learning from student.
No comments:
Post a Comment