Saturday, December 12, 2015

TEORI PROSES BELAJAR

KAJIAN TEORI
PROSES BELAJAR MENGAJAR

1.      Proses Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa  dalam membangun makna atau pemahaman. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa, sedangkan guru harus menciptakan suasana belajar yang mendorong motivasi, minat, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sepanjang hayat. Untuk itu dikembangkanlah pengalaman belajar (standar proses). Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan siswa dalam proses pembentukan kompetensi, dengan berinteraksi aktif dengan sumber belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi (Mulyasa 2006). Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh siswa.
Pengalaman adalah guru yang paling baik merupakan suatu ungkapan yang sering diungkapkan dalam dunia pendidikan. Melalui pengalaman nyatalah seseorang belajar. Nilai pengalaman akan diperbesar bila seseorang juga telah mengalami kenyataan secara langsung sehingga siswa mempunyai dasar pengalaman untuk perbandingan (Rustaman et al. 2003).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto 2003). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal (Gulo 2002).
Rustaman et al. (2003) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan antara guru siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut siswa dilatih untuk  berinteraksi, kreatif, dan logis. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru profesional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang dalam proses komunikasi yang dikenal dengan hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit.
7
 
Sadiman et al. (2007) menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Semakin langsung objek yang dipelajari semakin konkret pengetahuan yang diperoleh siswa dan semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa. Edgar Dale dalam Sadiman et al. (2007) mengemukakan 11 jenis pengalaman manusia yang dilukiskan dalam bentuk kerucut yang disebut kerucut pengalaman. Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan  dan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan.
Gambar. Kerucut pengalaman Edgar Dale

   













 


8
 
Hamalik  (2008) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar tidak  dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, karena bila tujuan belajar berbeda maka  dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Maka, belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah:
a.    Faktor kegiatan, penggunaan, ulangan
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motorik, dan kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
b.   Belajar memerlukan latihan
Latihan tersebut meliputi: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan lebih mudah dipahami.
c.    Belajar siswa lebih berhasil
Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya, dan hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
d.   Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
Dengan mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar, akan menimbulkan perasaan dimana bagi yang berhasil merasa puas dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
e.    Faktor asosiasi
Faktor ini sangat besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman  belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
f.   

 

 
Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa
9
 
Pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
g.   Faktor kesiapan belajar
Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
h.   Faktor minat dan usaha
Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini akan timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
i.     Faktor-faktor fisiologis
Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian siswa tidak optimal dalam melakukan kegiatan belajar. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
j.     Faktor intelegensi
Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas.
Briggs (1992) dalam Sugandi & Haryanto (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlack dan Ely 1980 dalam Anni et al. 2006).

 


10
 
Dari penjelasan di atas dapat di lihat ciri-ciri dari pembelajaran (Darsono et al. 2001) antara lain sebagai berikut;
a.    Dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis
b.   Menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar
c.    Menyediakan belajar yang menarik dan memancing siswa
d.   Menggunakan alat bantu yang tepat dan menarik
e.    Menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa
f.    Membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik dan psikologi.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang demikian, maka perlu diperhatikan beberapa komponen pembelajaran yaitu:
a.    Tujuan
b.   Subyek belajar
c.    Materi pelajaran
d.   Strategi pembelajaran
e.    Media pembelajaran
f.    Komponen penunjang proses pembelajaran.
Komponen pembelajaran tersebut sangat penting untuk perumusan tujuan di dalam pembelajaran karena adanya beberapa alasan (Anni et al. 2006) sebagai berikut;
a.    Memberikan arah kegiatan pembelajaran,
b.   Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian pembelajaran pembinaan bagi pembelajar,
c.    Sebagai bahan komunikasi.
            Zhang (2002) menyatakan beberapa prinsip agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, yaitu:
a.    Interest and explanation
b.   Concern and respect for students and their learning
c.    Appropriate assessment and feedback
d.   Clear goals and intellectual challenge
e.    Independence, control and active engagement, and
f.    Learning from student.


No comments:

Post a Comment