|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan peningkatan
kompetensi pendidik dengan mencanangkan Undang-undang Guru dan Dosen yang
mewajibkan setiap pendidik memiliki sertifikat pendidik sebagai bukti
profesionalitas dalam mengelola pembelajaran.
Profesionalitas
dalam mengelola pembelajaran diantaranya menggunakan strategi yang tepat sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan.
Penggunaan
strategi belajar yang kurang tepat dapat berakibat daya serap siswa kurang
maksimal sehingga Prestasi belajar siswa tidak dapat meningkat.
Pada UU
Sisdiknas, bagian kedua, tentang pendidikan dasar yaitu pasal 17 ayat 2
berbunyi: “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat”.[1]
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang sangat penting, sebab usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
sistem Lingkungan dan kondisi belajar yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut
tidaklah mudah, sebab banyak faktor yang mempengaruhi proses prestasi belajar.
Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Kurikulum 2013
yang mulai diberlakukan di sekolah adalah pengembangan dari kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang berlaku di jenjang sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
pada kelas rendah menggunakan pendekatan tematik bukan menggunakan pendekatan
Mata Pelajaran mengingat bahwa Peserta didik yang berada pada sekolah dasar
kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut
seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan
antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada
objek-objek kongkrit dan lingkungan yang dialami secara langsung.
Kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan di
antaranya adalah (1) Kurangnya perhatian dari pihak terkait, sulitnya mengubah
diri dari paradigma lama ke paradigma baru. (2) Kurangnya sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran sehingga siswa merasa berat
dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan karena sebagian siswa belum
terbiasa untuk aktif mencari dan mengolah informasi. (3) Sebagian guru belum
memahami implikasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam pengelolaan
pembelajaran dan penilaian, dan (4) Guru belum terbiasa menciptakan strategi
belajar mengajar yang menarik serta membuat siswa aktif belajar.
Dalam
peningkatan pembelajaran tematik perlu dirumuskan kesiapan dan kematangan dari
pihak pendidik dan peserta didik. Di era kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan guru dituntut untuk menggunakan metode pembelajaran Aktif, kreatif,
menyenangkan, dan inovatif, demikian guru dituntut untuk mampu dan memiliki
keterampilan mengajar serta penggunaan metode dan media pengajaran yang tepat,
dengan kata lain guru harus dapat menunjukan kualitas mengajar yang baik dan
tinggi untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar
yang akhirnya mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Kenyataan
yang terjadi pada madrasah peneliti menunjukkan hasil ulangan harian matematika
kompetensi dasar bilangan pecahan siswa kelas III mendapat kesimpulan bahwa di
MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara dari 11 siswa hanya 2 siswa atau 18%
yang mencapai nilai 65 ke atas sedangkan KKM yang ditetapkan Madrasah adalah 65
berarti masih ada 9 siswa yang nilainya di bawah 65 dengan kata lain ada 9
siswa atau 82% yang termasuk dalam kategori siswa yang belum tuntas.
Hasil evaluasi
dan refleksi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa ada beberapa permasalahan
yang dihadapi selama proses belajar mengajar yaitu sebagian siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru sehingga berakibat:
1.
Kurangnya minat belajar siswa, hal ini terbukti dari
rendahnya nilai yang didapat pada saat tes studi awal;
2.
Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini
terbukti masih banyak siswa yang bermalas-malasan mendengarkan penjelasan guru.
Permasalahan
tersebut sangat menarik dan penting untuk segera dicarikan solusinya, karena
menyangkut kompetensi dasar. Sebab kompetensi dasar ini akan melandasi
perkembangan kompetensi siswa. Sebaliknya jika kompetensi itu kurang berkembang
maka kompetensi siswa dengan sendirinya
akan mengalami hambatan. Fenomena ini merupakan keprihatinan yang perlu
dipecahkan. Salah satu upaya untuk mendukung kompetensi tersebut, diperlukan
penyempurnaan terhadap metode pembelajaran yang sudah ada selama ini yang
dirasa kurang memotivasi dan kurang menarik bagi peserta didik, sehingga
pembelajaran tidak membosankan.
Keadaan
tersebut mendorong penulis untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar melakukan
operasi hitung bilangan pecahan menggunakan media benda kongkrit di kelas III MI Cokroaminoto Pingit
Rakit Banjarnegara karena menurut Suhardjono penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek
pembelajaran di kelasnya[2].
Menurut
Suyadi dengan penelitian tindakan kelas guru dapat melihat kelemahan dan
kelebihan pola pembelajaran yang telah diterapkan selama ini serta mampu
mengambil tindakan-tindaan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan siswa.[3]
Dari
beberapa permasalahan dan uraian di atas, maka di anggap penting bagi peneliti
untuk mengadakan penelitian guna meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas
III MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara melalui media benda kongkrit.
Peningkatan
Prestasi belajar di kelas III MI Cokroaminoto Pingit bertujuan agar peserta didik
dapat mengalami langsung proses pembelajaran karena pendekatan tematik mengharuskan
pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga dengan itulah penulis
berkeinginan untuk mengetahui bagaimanakah upaya peningkatan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran matematika di MI
Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara dengan mengangkat judul sebagai berikut:
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Bilangan Pecahan
Menggunakan Media Benda Kongkrit di Kelas III MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara
Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas maka
yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah hasil belajar Matematika materi bilangan pecahan menggunakan media benda kongkrit di kelas III MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara Tahun
Pelajaran 2012/2013 dapat meningkat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini
adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi bilangan
pecahan menggunakan media benda kongkrit di kelas III MI Cokroaminoto
Pingit Rakit Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai tambahan pengetahuan tentang cara peningkatan prestasi belajar
matematika bilangan pecahan
b.
Untuk
menambah referensi keilmuan bidang penggunaan media pada pembelajaran
2. Manfaat praktis
a.
Manfaat bagi siswa
1) Peningkatan prestasi belajar siswa.
2) Pemahaman konsep lebih jelas.
3) Mendiskripsikan hal semu menjadi nyata menggunakan media benda kongkrit.
b. Manfaat bagi guru
1) Memperoleh gambaran upaya yang dilaksanakan guru tentang pemahaman
konsep bilangan pecahan.
2) Membantu guru memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya dengan tujuan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3) Membantu guru berkembang secara profesional dengan dapat menunjukkan
bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran.
4) Membantu guru mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
c. Manfaat bagi madrasah
Sebagai
bahan rujukan informasi dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di MI
Cokroaminoto Pingit
E. Pembatasan Masalah
Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai judul yang merupakan isi dari sebuah
penelitian maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu definisi atau arti
kata-kata yang terdapat dalam judul penelitian ini.
1.
Upaya Peningkatan
Kata upaya
berarti usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau
diinginkan.[4]
Sedangkan kata peningkakan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha,
kegiatan, dsb).[5]
Jadi upaya peningkatan ialah suatu
usaha, ikhtiar untuk meningkatkan dalam hal ini meningkatkan prestasi belajar.
2. Prestasi Belajar
Prestasi mempunyai
arti hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan). Adapun yang dimaksud prestasi disini adalah prestasi belajar
berarti penguasaan ketrampilan yang di kembangkan melalui pelajaran, lazimnya
diukur dengan nilai tes, angka/huruf yang diberikan guru[6]
Jadi prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran. Lazimnya ditunjukan oleh nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi
dalam penelitian yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata
pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru
kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu yang
dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti pelajaran dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
3. Siswa Kelas III
Siswa kelas III adalah siswa yang
duduk di jenjang kelas pada satuan pendidikan tingkat dasar, dalam hal ini
adalah siswa kelas III MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara.
4. Mata Pelajaran Matenatika
Mata Pelajaran Matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada awal semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 di kelas III MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara.
5. Bilangan
Pecahan
Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung bilangan
pecahan adalah salah satu kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh siswa pada mata pelajaran matematika yang tertuang pada kurikulum yang diajarkan di MI
Cokroaminoto Pingit.
6. Media benda kongkrit
Media benda kongkrit merupakan suatu alat yang digunakan untuk memudahkan
pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik dapat langsung berinteraksi
dengan media nyata.
7. MI Cokroaminoto Pingit Rakit Banjarnegara
MI Cokroaminoto Pingit Rakit
Banjarnegara adalah suatu
madrasah tingkat dasar yang bernaung
di bawah Yayasan Pendidikan Islam Cokroaminoto Cabang Banjarnegara.
Dari
penjelasan kata di atas, maka judul skripsi ini dapat diterangkan kembali
secara lebih terperinci yakni penelitian
ilmiah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas III Mata
Pelajaran matematika pada bilangan pecahan di MI Cokroaminoto Pingit Rakit
Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015
menggunakan media benda kongkrit.
[1] Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar
Grafika, Bandung, 2003, hal. 43
[2]
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hlm. 58.
[3]
Suyadi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm.
21.
[4]
Pius A Partatno, Kamus Ilmiah Dasar,(Surabaya: Arkaloka, 1994), hlm.
770.
[5]
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa Depdiknas, 2008), hlm. 1529.
[6] Ibid., hal. 1213.
No comments:
Post a Comment