Saturday, December 12, 2015

Contoh PTK BAB II Matematika materi pecahan dengan media benda kongkret


BAB II
LANDASAN TEORI


A.      Kajian Pustaka
Dengan perkembangan teknologi saat ini, media tidak lagi dianggap sebagai alat bantu belaka buat pendidik tetapi juga sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (pendidik, penulis buku, prosedur dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar/peserta didik). Media dapat mewakili pendidik untuk hal-hal tertentu dengan lebih teliti, jelas dan menarik[1].  
Sebagai alat bantu media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran[2]. Dalam penelitian ini terlebih dahulu penulis mempelajari berbagai rujukan antara lain buku karangan Arif S Sadiman (dkk) yang berjudul Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.) dalam buku tersebut dijelaskan tentang berbagai media pendidikan pengembangan dan pemanfaataannya.
PTK Rokhid (2012: STAIN Purwokerto) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Materi Energi dan Pengguanannya menggunakan media audio visual. PTK tersebut mebahas peningkatan hasil belajar siswa dan kesimpulannya hasil belajar siswa dapat meningkat dengan peningkatan tindakan kelas menggunakan media audio visual.
Dalam penelitian yang akan penulis gali di MI Cokroaminoto Pingit, penulis akan memfokuskan penelitian pada pembelajaran Matematika kelas III materi bilangan pecahan melalui media benda kongkrit



B.       Kajian Teori
1.    Pembelajaran
a.       Pengertian Belajar
Mengenai pengertian belajar para ahli mengemukakan pendapatnya yang masing-masing memiliki arti berbeda. Salah satu pendapat tentang pengertian belajar adalah pengertian yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik yakni belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.[3] 
Dalam hal ini belajar akan memperkuat perubahan tingkah laku peserta didik melalui pengalaman mereka. Pengalaman berarti peserta didik melakukan atau mengalami sendiri.
Sedangkan pengertian belajar menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru  secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[4]
Dari pengertian menurut Slameto ini jelas bahwa belajar merupakan upaya sadar dari seorang untuk memperoleh pengetahuan  yang baru sehingga seseorang itu akan mendapatkan pengalaman  hidup yang baru akibat dari adanya hubungan antara si anak dengan  lingkungan di mana anak menjalankan proses belajar.
Sedangkan menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental  (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang  menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berkas.[5]
Berdasarkann pengertian-pengertian diatas belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap serta ketrampilan melalui pengalaman, latihan dan interaksi dengann lingkungan.
Menurut Sunhaji belajar adalah perubahan perilaku yang direncanakan guru dengan seperangkat tujuan yang direncanakan[6] dalam hal direncanakan belajar terkait dengan pembelajaran yang menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[7]
Berdasarkann pengertian-pengertian diatas belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap serta ketrampilan melalui pengalaman, latihan dan interaksi dengann lingkungan.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu
1)      Faktor Intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk dalam faktor ini antara lain :
a.       Kematangan
b.      Kecerdasan/Intelegensi
c.       Latihan dan Ulangan
d.      Motivasi
e.       Sifat-sifat pribadi seseorang
2)      Faktor  Ekstern,  yaitu  faktor  yang  berasal  dari  luar  diri  siswa  atau yang sering dikenal dengan faktor sosial. Faktor ekstern ini meliputi sebagai berikut :
a)      Keadaan keluarga.
b)      Guru dan cara mengajar
c)      Alat-alat pelajaran
d)     Motivasi sosial
e)      Lingkungan dan kesempatan.
3)      Faktor Situasional.
Faktor-faktor situasional ini meliputi :
a)      Keadaan politik ekonomis
b)      Keadaan  waktu  yang  mencakup  jumlah  hari  dan  jumlah jam setiap hari yang tersedia bagi kegiatan belajar mengajar
c)      Keadaan  musim  iklim  kerap  menciptakan  kondisi  psikis  dan kondisi fisik pada siswa dan guru yang kurang menguntungkan[8]
c.       Komponen Pembelajaran
Sebagai suatu sistem kegiatan pembelajaran mempunyai komponen sebagai berikut:[9]
1)      Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan
2)      Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan
3)      Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar
4)      Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
5)      Alat atau media
Alat atau media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
6)      Sumber Pelajaran
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat untuk belajar seseorang
7)      Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu
d.      Tujuan Pembelajaran
Berbicara mengenai tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instructional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedang tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu tercapai karena siswa menghidupi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu contohnya kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effects. Jadi guru dalam mengajar, harus sudah memiliki rencana dan menetapkan strategi belajar mengajar untuk mencapai instructional effects maupun  nurturant effects.
Dari uraian di atas tujuan belajar ada tiga jenis yakni:
1)     Untuk mendapatkan pengetahuan
Untuk ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar.


2)        Penanaman Konsep dan ketrampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitikberatkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seorang yang sedang belajar..
3)        Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu guru tidak sekedar “pengajar“ tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauanya, untuk mempraktekan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. Cara berinteraksi atau metode-metode yang dapat digunakan misalnya dengan diskusi, demontrasi, sosiodrama, role playing.
Jadi pada intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar itu meliputi, hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif) dan hal ihwal kelakuan, ketrampilan atau penampilan (psikomotorik)
2.    Media Pembelajaran
a.       Pengertian
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.[10] Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Arif Sadiman (2009:7) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar[11].
Asosiasi Pendidikan Nasional dalam Arif Sadiman (2009:7) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.[12]
Azhar Arsyad (2004:3) mengutip dari Garlech & Ely yang mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku, teks dan lingkungan sekolah merupakan media.[13]
Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bersifat menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.[14] Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[15]
Sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan.[16]
Karena beragamnya istilah tersebut yang tekanannya berbeda, maka penulis memilih salah satu apa yang dimaksud media pembelajaran adalah alat atau segala sesuatu yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pengertian ini tentu saja bukan satu-satunya pengertian yang paling tepat, melainkan hanya salah satu jalan untuk mengambil konsensus dari adanya bermacam istilah dan pembatasan dan disamping itu pengertian ini perlu dirumuskan dengan maksud terdapat suatu landasan pijakan pembahasan lebih lanjut.
b.      Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran
Tujuan utama penggunaan media ialah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh para siswa sebagai penerima informasi. Informasi yang dikomunikasikan lewat lambang verbal saja kemungkinan terserapnya amat kecil, sebab informasi yang demikian itu merupakan informasi yang sangat abstrak sehingga sangat sulit dipahami dan diserapi.[17]
Apabila pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siswa semaksimal mungkin maka komunikasi dapat dikatakan berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c.       Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
1)      Fungsi Media Pembelajaran
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.[18] Walaupun demikian, dalam penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak pendidik. Tetapi hendaknya harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuannya. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyebutkan bahwa sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melincinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran.[19]
Selain bermanfaat dalam melicinkan jalannya proses belajar mengajar media pembelajaran juga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Belajar mengajar merupakan suatu proses untuk mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap peserta didik, nilai-nilai tersebut tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber. Sumber belajar banyak sekali ragamnya serta terdapat di mana-mana seperti di sekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dan sebagainya.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan instruksional, sudah tentu dengan kompetensi guru itu sendiri dan sebagainya. Dengan menghadirkan media pembelajaran (dalam hal ini bendanya) seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar.
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar juga turut serta membantu pendidik dalam memperkaya wawasan peserta didik. Berbagai macam dan bentuk serta jenis media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik di kelas.
Oleh karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau berasal untuk belajar oleh seseorang.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2004:15) menyebutkan penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.[20]
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.[21]
Media pembelajaran juga dapat membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka (Ibrahim dalam Azhar Arsyad 2004:16).[22]
Sedangkan menurut Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yaitu:[23]
1)        Fungsi atensi yaitu media berfungsi menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
2)        Fungsi afektif yakni gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.  
3)        Fungsi kognitif yaitu media visual memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4)        Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran berfungsi membantu siswa yang lemah dan lambat menerima isi pelajaran yang disajikan secara teks atau disajikan secara verbal.
2)      Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad smedia pembelajaran bermanfaat untuk merealisasikan proses pembelajaran:
a)    Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas
b)   Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa
c)    Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa
d)   Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa
Menurut Sudjana & Rivai dalam Azhar Arsyad manfaat media pembelajaran adalah:
a)      Pengajaran akan lebih menarik siswa
b)      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya
c)      Metode mengajar akan lebih bervariasi
d)     Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar
Hamalik menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran antara lain:
a)         Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir
b)        Memperbesar perhatian siswa
c)         Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
d)        Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
e)         Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu
f)         Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan bahasa
g)        Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat sebagai berikut :
a)     Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.[24]
b)     Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c)     Dapat mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah, lebih interaktif, dan lebih hidup.
d)    Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik perhatian siswa
e)     Proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
f)      Meningkatkan hasil belajar dan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:[25]
a)      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkakan proses dan hasil belajar.
b)      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat meningkatkan motivasi, interaksi langsung dengan lingkungannya serta dapat belajar mandiri.
d.      Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media pembelejaran mempunyai banyak jenis, namun penulis akan mengambil beberapa pendapat dari para ahli:
1)      Menurut Rudy Bretz
Menurut Rudy Bretz jenis-jenis media dibagi 8 yaitu media audio visual gerak, media adio visual diam, media audio semi gerak, media visual bergerak, media visual diam, media semi gerak, media audio, media cetak.
2)      Menurut Briggs
Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi dan gambar. 

3)      Menurut Gagne
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak film bersuara, mesin belajar.
3.    Penggunaan Media Benda Kongkrit
Media benda kongkrit termasuk jenis media pembelajaran yang dapat didemonstrasikan. Media benda ini berfungsi memperjelas pesan agar tidak bersifat verbalistis. [26]
Penggunaan  media  dalam  proses  pembelajaran  perlu persiapan yang cukup. Kesalahan yang sering terjadi ialah timbulnya anggapan  bahwa dengan media  pembelajaran,  guru  tidak  perlu membuat persiapan  mengajar  lebih  dahulu.  Justru  sebaliknya  dalam hal  ini  guru  dituntut  untuk  melakukan  persiapan  dengan  cermat dengan  mempelajari  bahan  dalam  buku  sendiri,  mempersiapkan bahan,  pengayaan  dan  penjelasan.  Media pembelajaran hendaknya tidak sekedar  menjadi  selingan,  hiburan,  atau  pengisi  waktu,  tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
4.    Bilangan Pecahan
Dalam pelaksanaan  penelitian  ini  materi  bilangan  pecahan  dikutip dari buku Matematika Kelas III Sekoah Dasar. Sub pokok bahasan bilangan pecahan erdiri  dari:  (1)  arti  bilangan  pecahan  (2)  pecahan  senilai  (3) menyederhanakan pecahan (4) membandingkan dua pecahan (5) mengubah bentuk pecahan ke bentuk decimal dan sebaliknya (6) operasi pecahan.
Adapun ringkasan materi dari bilangan pecahan sebagai berikut:
a.       Arti bilangan pecahan
1)      Suatu bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk  dengan b ≠ 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
2)      Suatu  bilangan  pecahan  dapat dipandang  sebagai  hasil  bagi  dari dua bilangan bulat a dan b dengan b bukan faktor dari a, b ≠ 0
3)      Suatu pecahan dapat dipandang  sebagai bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah atau bagian dari suatu himpunan.
Contoh:

                            Gambar a           Gambar b
Gambar 1
Arti pecahan
Keterangan :
Gambar a, sebuah kue dibagi menjadi 4 bagian untuk setiap bagian  memperoleh ¼ bagian dari seluruhnya
Gambar b, sebuah kue dibagi menjadi 2 bagian untuk setiap bagian memperoleh ½ bagian dari seluruhnya.
Bilangan  ¼  dan  ½  disebut  bilangan  pecahan.  Pada  pecahan  ¼ angka 1 disebut pembilang dan angka 4 disebut penyebut.
b.      Pecahan senilai
Suatu pecahan nilainya tetap sama jika pembilang atau penyebutnya dikalikan  atau  dibagi  dengan  bilangan  yang  sama,  tetapi  bilangan yang sama itu bukan nol.
Contoh:


                               i                         ii                   iii
                               Gambar 2 Pecahan Senilai
Keterangan:
Keterangan:  gambar i   =  
gambar ii  =  
gambar iii =  

c.       Menyederhanakan Pecahan
Untuk menyederhanakan suatu pecahan bagilah pembilang dan  penyebutnya dengan FPB terbesar dari pembilang dan penyebut. Pecahan itu jika FPB tidak segera ditemukan maka untuk menyederhanakan pecahan secara bertahap.
Suatu pecahan dikatakan paling sederhana jika  pembilang dan penyebutnya tidak memiliki faktor persekutuan lagi selain satu (1)
Contoh:
1)     =  =
2)     =  =
 =  =
3)       = =

C.    Kerangka Berfikir
Adapun Kerangka berfikir dari penelitian tindakan kelas ini kerangka pemikirannya sebagai berikut:
Dalam menyampaikan materi kepada siswa  salah satu cara yang harus dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan alat peraga.
Pembelajaran
Tanpa media
Prestasi belajar
kurang baik
Prestasi belajar
sebelumnya
Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa dengan mudah menerima  dan  memahami  materi  pelajaran.  Dengan  memahami  materi pelajaran  yang  disampaikan  berarti  diharapakan  siswa  akan  memperoleh prestasi belajar yang baik dan maksimal.
Prestasi belajar
siklus I
Pembelajaran
dengan media
Prestasi belajar
meningkat
Prestasi belajar
siklus II

Pembelajaran
dengan media
Prestasi belajar
makin meningkat
 








D.    Hipotesis Tindakan
Secara singkat hipotesis dapat diartikan dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut[27].
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut:
Melalui media benda kongkrit di MI Cokroaminoto Pingit Kelas III Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan.



[1] Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKIS, 2009), hlm.70.
[2] Sjaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi ........, hlm.122.

[3] Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 36.
[4] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 7.
[5] Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2005), hal. 59.
[6] Sunhaji, Strategi Pembelajaran,(Yogyakarta: Grafindo Literia Media, 2009), hlm. 11.
[7] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 57.
[8] : Sutopo,  1987.  Psikologi  Belajar.  Surakarta  :  Sekolah  Guru  Pendidikan  Luar Biasa (Sutopo, 1997 : 41-42)
[9]  Sjaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 41-52.
[10] Arif S Sadiman (dkk), Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.7
[11] Arif S Sadiman (dkk), Media …..... hlm.7.
[12]Arif S Sadiman (dkk), Media …..... hlm.7.
[13] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.3
[14] John D. Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini, (Jakarta: Depdikbud, Dirjend Pendidikan Tinggi Media Pembelajaran 1988), hlm. 14.
[15] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.3
[16] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 57.
[17] Soeparno, Media Pengajaran Bahasa. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.3
[18] Azhar Arsyad, Media ........, hlm. 15.
[19] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 138.
[20] Azhar Arsyad, Media …….., hlm.15.
[21] Azhar Arsyad, Media …….., hlm.16.
[22] Azhar Arsyad, Media …….., hlm.16.
[23] Azhar Arsyad, Media …….., hlm.16-17.
[24] Arief S. Sadiman, dkk, Media …….., hlm. 17-18.
[25] Azhar Arsyad, Media …….., hlm.25-26.
[26] Arief S. Sadiman, dkk, Media …….., hlm. 17-18.
[27] Rony Kontur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Penerbit PPM, 2007), hlm. 89.

No comments:

Post a Comment