Saturday, December 26, 2015

Mengenal Syuhada Abdullah Bin Abbas

Syuhada

Abdullah Bin Abbas

Pada saat usianya masih sangat muda namunAbdullah bin Abbas  dikalangan sahabat ia dikenal yang paling mengerti ayat Al-Qur’an dan amat memahami takwil dan kandungan ayat. Selain itu ia adalah pelopor pengumpulan dan pencatatan hadits, oleh sebab itu ia dibelri gelar Tarjuman Al Qur’an dan bapak musafirin.
Beliau lahir saat bertepatan dengan isolasi kaum Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya , ayahnya bernama Abbas Bin Abdul Munthalib ibunya Lubada Binti AlHarits bin Hazin. Abdullah Bin Abbas masih sepupu nabi Dia sangat disayang oleh nabi bukan hanya karena msih saudara tetapi karena kecerdasan dan keluhuran Akhlaknya. Ketika Abbas Lahir Nabi Muhammad saw sempat memanjatkan doa khusus kepada Allah supaya abbas  menjadi orang yang alim dan memahami agama secara mendalam . hal ini terbukti ketika pada usia remaja dengan ketajaman batinya ia dikabarkan pernah melihat malaikat Jibril yang mana hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang jiwanya berhijab.
Semasa Nabi  SAW masih hidup Abdullah Bin Abbas selalu menyertai Nabi dalam berbagai kesempatan seperti ikut menghadiri ceramah atau dakwah, tekun menyimak dengan seksama. Disamping itu dia juga patuh pada nasehat dari Nabi.

Karena  kecerdasanaya serta Ketaatan serta selalu mencamkan nasehat nabii SAW inilah yang menempatkan beliau menjadi ahli Hadits, Hukum serta ahli tafsir. Ketika pada masa Nabi SAW kegiatan Intelektual dan keluasan ilmu yang dimilikinya belum begitu terlihat, Barulah pada masa Khalifah yang empat ia muncul sebagai cendekiawan  muda , Gebragan pertamanya dimulai Ketika Nabi SAW wafat ia melemparkan gagasan untuk  mencatat dan mengumpulkan hadits yang masih berserakan dalam ingatan para sahabat.
Satu persatu didatanginya kaum Anshor, ditanyakanlah pada mereka apa saja yang pernah mereka dengar dan mereka lihat dari nabi SAW , suatu usaha yang amat gigih kadang harus menempuh perjalanan yang jauh dan membosankan  untuk memburu Hadits. Dia dikenal orang yang paling banyak meriwayatkan Hadits dan sebagai pelopor pencatatan dan pengumpulan  Hadits .
Hubungan yang begitu dekat engan Nabi serta penggetahuan yang luas dan mendalam dengan akhlak yang mulia mengetahui banyak tentang Hukum dan fatwa-fatwa  Nabi . pergaulan luas dengan sahabat dirinya menjadi tempat bertanya seperti Aisiyah, Ummu Salamah, Abdullah Bin Khatab , Abdullah Bin Amr dan banyak lagi pernah mendatanginya untuk bertanya tentang masakah rumit.
Pada masaKhalifah  Utsman Bin Affan beliau diangkat menjadi Amirul Hajj sedang hanya sebenar dalam bidang politik beliau seorang tokoh yang teguh pendirian tidak terpengaruh dengan ancaman ataupun pemberian. Hal ini terbukti ketika Ibnu Zubair salah satu tokoh yang berambisi  menjadi Khalifah mengancam akan membakar beliau jika tidak mengangkatnya sebagai Khalifah. Namun Ibu Abbas tidak takut dengan ancaman itu, bahkan kejadian selanjutnya malah berbalik Ibnu Zubair lari tungang langgang lalu bersembunyi dibalik Ka’bah. Saat itulah Ibnu Abbas membuktikan ketaatanya pada agama menemui kondisi musuh yang sudah terpojok tentu mudah saja Ibnu Abbas untuk menghabisi  Ibnu Zubair namun Ibnu Abbas justru melepaskanya  karena menghormati kesucian Ka’bah.
Peristiwa ini membuktikan bahwa beliau tidak berambisi memperoleh kekuasaaan , prinsip baginya kekuasaan tidak mempunyai nilai lebih dibanding dengan ridho Allah dlam kehidupan dunia dan Akhirat. Karena hanya rahmat Allah yang dicarinya, akhirnya anak muda kesayanga Nabi SAW yang sepanjang hidupnya dimanfaatkan untuk mengabdi  dan menyebarkan ilmu  agama Allah diperkenankan pulang kerahmatullah  pada usia lebih dari 70 tahun , ia meneinggalkan 5 anak yaitu Abbas, Ali, Muhammad, Al-Fadhal, Abdullah  Murid yang dididiknya juga banyak  antara lain yang paling menonjol adalah ikrimah dan Su’bah, ia termasuk sahabat yang paling gencar meriwayatkan hadits seluruhnya berjumlah kurang lebih 670 buah hadits



Saturday, December 12, 2015

TEORI BELAJAR KELOMPOK

Team Game- Tournament
Team Game-Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik dan jenis kelamin. Dalam pembelajarannya digunakan turnamen akademik, kuis dan skor kemajuan individu, dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin 2008).. Komponen-komponen dalam Team Game-Tournament adalah penyajian materi, tim, game, turnamen dan penghargaan kelompok.

a.    Penyajian materi
Dalam TGT, materi mula-mula dalam penyajian materi. Siswa harus memperhatikan selama penyajian kelas karena dengan demikian akan membantu mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor kelompok.
b.    Tim
Tim dalam TGT terdiri atas 4-5 siswa yang heterogen baik dalam prestasi akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama kelompok adalah untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok belajar dapat berhasil dalam kuis. Setelah guru menyampaikan materi, kelompok bertemu untuk mempelajari lembar kerja atau materi lain. Seringkali dalam pembelajaran tersebut melibatkan siswa untuk mendiskusikan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi jika teman sekelompok membuat kesalahan. Pada anggota kelompok ditekankan untuk menjadi yang terbaik bagi timnya dan tim melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.
c.    Game
Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian materi dan pelaksanaan kerja tim. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game berupa sejumlah pertanyaan bernomor pada lembar-lembar khusus. Siswa mengambil kartu bernomor dan berusaha menjawab pertanyaan yang bersesuaian dengan nomor tersebut. Sebuah aturan penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban
d.   Turnamen
Turnamen merupakan sebuah struktur dimana game berlangsung. Berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan penyajian materi dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil belajar yang lalu memberi kontribusi pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang terbaik.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Pembaca memberikan jawaban, kemudian siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya maka penantang kedua boleh menantang. Skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar dan menyimpan kartunya,setelah turnamen satu, siswa pindah meja tergantung pada hasil mereka dalam turnamen satu.
Pemenang satu pada tiap meja ditempatkan ke meja berikutnya yang setingkat lebih tinggi, misal dari 5 ke 6. Pemenang kedua pada meja yang sama, dan yang kalah diturunkan ke meja di bawahnya. Menurut Slavin (2008) secara skematis model pembelajaran TGT untuk turnamen tampak seperti gambar berikut.
                                                TEAM A
 














            TEAM B                                                         TEAM C
e.     Penghargaan Kelompok
Tim dimungkinkan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok adalah menggunakan ketentuan pada tabel berikut:
Kriteria penentuan penghargaan kelompok
Nilai rata-rata kelompok
Kriteria
≥ 21 poin
Kelompok super (Super Team)
16-20 poin
Kelompok hebat (Great Team)
≤ 15 poin
Kelompok bagus (Good Team)
Diadaptasi dari Ibrahim et al. (2000)
Interpersonal dan keterampilan kelompok kecil yaitu guru harus memberikan kesempatan bagi anggota kelompok saling mengenal, menerima dan setiap dukungan lain, berkomunikasi secara akurat dan menyelesaikan perbedaan secara konstruktif. Zakaria effandi (2007). Menurut Zeki Ahmet (2010) Pembelajaran TGT menunjukkan bahwa bekerja bersama dalam proses aplikasi dalam kelompok dan juga antara kelompok memperkaya siswa dalam pembelajaran sains dan meningkatkan keterampilan profesional mereka berdasarkan dokumentasi mereka berbagi pikiran, gagasan, asumsi, dan keyakinan, memastikan saling mendukung dengan mengamati praktek satu sama lain dan merasa bahagia ketika mereka mencapai sesuatu


TEORI PROSES BELAJAR

KAJIAN TEORI
PROSES BELAJAR MENGAJAR

1.      Proses Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa  dalam membangun makna atau pemahaman. Guru perlu memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa, sedangkan guru harus menciptakan suasana belajar yang mendorong motivasi, minat, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara berkelanjutan atau sepanjang hayat. Untuk itu dikembangkanlah pengalaman belajar (standar proses). Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan siswa dalam proses pembentukan kompetensi, dengan berinteraksi aktif dengan sumber belajar melalui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi (Mulyasa 2006). Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh siswa.
Pengalaman adalah guru yang paling baik merupakan suatu ungkapan yang sering diungkapkan dalam dunia pendidikan. Melalui pengalaman nyatalah seseorang belajar. Nilai pengalaman akan diperbesar bila seseorang juga telah mengalami kenyataan secara langsung sehingga siswa mempunyai dasar pengalaman untuk perbandingan (Rustaman et al. 2003).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto 2003). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal (Gulo 2002).
Rustaman et al. (2003) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan antara guru siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut siswa dilatih untuk  berinteraksi, kreatif, dan logis. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan siswa merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru profesional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang dalam proses komunikasi yang dikenal dengan hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit.
7
 
Sadiman et al. (2007) menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dalam diri siswa terjadi baik karena ada yang secara langsung mengajar (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Semakin langsung objek yang dipelajari semakin konkret pengetahuan yang diperoleh siswa dan semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa. Edgar Dale dalam Sadiman et al. (2007) mengemukakan 11 jenis pengalaman manusia yang dilukiskan dalam bentuk kerucut yang disebut kerucut pengalaman. Dasar pengembangan kerucut di bawah ini bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan  dan jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan.
Gambar. Kerucut pengalaman Edgar Dale

   













 


8
 
Hamalik  (2008) menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar tidak  dapat dijadikan hukum belajar yang bersifat mutlak, karena bila tujuan belajar berbeda maka  dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Maka, belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah:
a.    Faktor kegiatan, penggunaan, ulangan
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motorik, dan kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
b.   Belajar memerlukan latihan
Latihan tersebut meliputi: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan lebih mudah dipahami.
c.    Belajar siswa lebih berhasil
Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya, dan hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
d.   Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya
Dengan mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar, akan menimbulkan perasaan dimana bagi yang berhasil merasa puas dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
e.    Faktor asosiasi
Faktor ini sangat besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman  belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
f.   

 

 
Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa
9
 
Pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
g.   Faktor kesiapan belajar
Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
h.   Faktor minat dan usaha
Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini akan timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
i.     Faktor-faktor fisiologis
Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian siswa tidak optimal dalam melakukan kegiatan belajar. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
j.     Faktor intelegensi
Siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas.
Briggs (1992) dalam Sugandi & Haryanto (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlack dan Ely 1980 dalam Anni et al. 2006).

 


10
 
Dari penjelasan di atas dapat di lihat ciri-ciri dari pembelajaran (Darsono et al. 2001) antara lain sebagai berikut;
a.    Dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis
b.   Menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar
c.    Menyediakan belajar yang menarik dan memancing siswa
d.   Menggunakan alat bantu yang tepat dan menarik
e.    Menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan bagi siswa
f.    Membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik dan psikologi.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang demikian, maka perlu diperhatikan beberapa komponen pembelajaran yaitu:
a.    Tujuan
b.   Subyek belajar
c.    Materi pelajaran
d.   Strategi pembelajaran
e.    Media pembelajaran
f.    Komponen penunjang proses pembelajaran.
Komponen pembelajaran tersebut sangat penting untuk perumusan tujuan di dalam pembelajaran karena adanya beberapa alasan (Anni et al. 2006) sebagai berikut;
a.    Memberikan arah kegiatan pembelajaran,
b.   Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian pembelajaran pembinaan bagi pembelajar,
c.    Sebagai bahan komunikasi.
            Zhang (2002) menyatakan beberapa prinsip agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, yaitu:
a.    Interest and explanation
b.   Concern and respect for students and their learning
c.    Appropriate assessment and feedback
d.   Clear goals and intellectual challenge
e.    Independence, control and active engagement, and
f.    Learning from student.